Figur pengajar, dalam hal ini guru, menjadi faktor utama penentu kualitas pendidikan suatu negara. Dari segi pengertian sendiri, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesi) mengajar. Ada sebuah kutipan yang pernah saya baca, “Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat.” Hal tersebut cukup masuk akal adanya. Seorang guru memiliki andil yang cukup besar terhadap anak didiknya hingga mencapai kesuksesan. Mulai dari aspek ilmu, aspek moral maupun mental, dan berbagai aspek lainnya yang membantu seorang peserta didik meraih kesuksesan.
Tulisan Aprilia Ika Anjani akan menulis pendapatnya mengenai satu topik tentang pengaruh usia guru terhadap proses pembelajaran. Membicarakan mengenai usia guru mungkin tidak akan lepas dari yang namanya pengalaman. Pada dasarnya semakin bertambahnya umur semakin banyak pula pengalaman yang didapat. Namun, hal tersebut bukanlah jaminan bahwa seorang guru yang sudah berumur akan memiliki pengalaman lebih banyak daripada seorang guru muda.
Kita bandingkan kondisi yang terjadi di Indonesia dan Jepang. Di negeri sakura itu para guru senior justru menjadi tutor dan pembimbing bagi guru muda yang baru terjun menjadi guru. Dilihat dari segi mengajarnya pun ternyata lebih ekspresif dan bergairah daripada guru muda, pun juga mereka tak kalah melek teknologi dibanding guru muda. Bisa disebut guru di Jepang “tua-tua keladi”, semakin tua semakin menjadi. Mereka membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk tetap berkarya dan meningkatkan kualitas diri. Justru dari pengalaman mengajar yang diperoleh, mereka selalu mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya untuk hari esok yang lebih baik. Mereka juga menunjukan pada kita bahwa guru yang profesional memiliki jiwa seorang pembelajar sejati.
Menurut Gellerman, para pekerja muda pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi. Jadi, seorang guru akan melalui fase berambisi tinggi. Namun, pada kenyataannya ada juga guru yang semakin menjadi malas dengan bertambahnya usia. Guru yang muda seharusnya lebih giat untuk memberikan perubahan-perubahan yang baru untuk sekolah. Usia sangat mungkin mempengaruhi kinerja, karena sebagian guru yang sudah berumur cenderung kehilangan gairah dan stamina untuk mengajar atau membuat model-model pembelajaran yang baru.
Cruickshank, Jenkins, dan Metcalf telah merangkum beberapa hasil penelitian tentang pengaruh usia dalam proses pembelajaran, di antaranya:
Guru-guru pemula cenderung lebih mudah menerima inovasi dan perubahan, serta cenderung lebih bersedia menambah wawasan pembelajaran.
Guru-guru pemula cenderung lebih memperlihatkan perilaku mengendalikan dan otoriter.
Guru-guru yang pengalaman mengajarnya kurang dari tiga tahun cenderung kurang puas dan efektif dalam mengajar.
Guru-guru berusia muda dan berpengalaman mengajar, pada umumnya memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari guru yang usianya lebih tua dan lebih berpengalaman.
Guru-guru yang berusia lebih muda dan tidak berpengalaman cenderung lebih memperhatikan dimensi pribadi dan sosial dalam pengajaran daripada aspek akademis.
Banyak guru pemula yang kehilangan kepercayaan dirinya ketika menghadapi dinamika kelas. Hal ini terjadi ketika idealisme para guru muda dihadapkan pada kenyataan di lapangan.
Guru-guru yang berpengalaman lebih mampu mengatasi apapun yang terjadi di dalam kelas dan menggunakan hal-hal yang mereka amati untuk menyesuaikan metode pengajaran mereka.
Guru-guru yang berpengalaman menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, mendorong untuk bersifat fleksibel dan lebih bersifat terbuka.
Kemudian, hal lain yang tak lepas dari usia seorang guru adalah pengalaman mengajar. Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu tertentu. Dalam mengajar guru lebih merujuk pada tugas utamanya yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Dari kedua hal tersebut, usia dan pengalaman mengajar, ditambah hal lain seperti teknologi yang saat ini semakin berkembang pesat juga menjadi salah satu pengaruh perkembangan metode pengajaran seorang guru. Dari segi penguasaan teknologi, menurut saya kemungkinan besar guru dengan usia muda lebih terampil memanfaatkan teknologi dalam metode pengajaran jika dibandingkan dengan guru dengan usia tua yang sebagian besar cenderung gaptek atau gagap teknologi. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi para guru yang lebih berumur untuk belajar teknologi terkini.
Berdasarkan beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa usia guru tetaplah memiliki pengaruh terhadap pembelajaran meskipun hanya kecil kemungkinannya. Dari segi ambisi bisa dikatakan guru dengan usia muda lebih unggul jika dibandingkan dengan guru dengan usia yang tua. Usia muda yang identik dengan suka mencoba berbagai hal baru dan berinovasi menjadikan keunggulan sendiri bagi seorang guru, serta penguasaan terhadap teknologi yang lebih mumpuni menambah poin plus tersendiri.
Namun di balik itu, pengalaman dari seorang guru senior juga berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran, guru yang berpengalaman banyak biasanya lebih efektif dalam mengajar jika dibandingkan guru dengan pengalaman yang sedikit. Akan tetapi, bukan berarti seorang guru muda tidak memiliki banyak pengalaman. Bisa saja guru muda memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan guru senior apabila sang guru muda banyak menggali potensi dirinya.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa faktor usia seorang guru tidaklah berpengaruh besar terhadap suatu proses pembelajaran. Usia bisa menjadi penghambat jika sang guru justru melemah mental serta ambisi belajarnya seiring bertambahnya usia. Namun, bisa dikatakan menjadi sebuah keuntungan jika dari berbagai perngalaman yang didapat dapat dijadikan pembelajaran serta sang guru senantiasa mengevaluasi diri. Sebab usia bisa dikatakan hanyalah sebuah angka jika orang tersebut memiliki ambisi yang tinggi terhadap belajar.