Mungkin Anda pernah mengalami kejadian dimana anak Anda merasa ketakutan berlebihan melihat sesuatu yang sebenarnya biasa biasa saja ? kalau jawabnya iya, bisa jadi anak Anda mengalami fobia. Fobia merupakan penyakit gangguan kecemasan yang sebenarnya tidak dialami oleh anak anak saja tetapi juga orang dewasa. Kecemasan atau ketakutan ini timbul tidak hanya melihat sesuatu tetapi juga karena menghadapi situasi tertentu atau berada di tempat tertentu. Artikel yang cukup menarik yang ditulis oleh Denny Lubis dan dipublikasikan di majalah Family Guide ini menarik untuk kita simak bersama sebagai orang tua jika mengalami fobia yang terjadi pada anak dan bagaimana cara mengatasinya.
Ketakutan yang tidak beralasan pada ondel ondel misalnya atau badut, pohon, ikan atau hal lainnya mungkin terlihat aneh bagi kita yang tidak mengetahuintya. Mereka akan bereaksi berlebihan jika bertemu, melihat atau mendengar hal yang mereka takuti seperti : mual, berteriak, menangis, marah pingsan bahkan ada juga yang sampai kejang kejang. Selain itu fobia juga bisa dimaknai sebagai suatu kondisi ketakutan yang teramat sangat terhadap sesuatu benda ataupun kejadian yang membuat si penderita mengalami trauma. Beberapa ketakutan yang muncul pada orang dewasa ini juga, bisa dimulai dari ketakutan yang dialaminya di masa kecil. Nah, kecemasan yang berlebihan ini jika dialami terus menerus maka akan terekam dalam memori anak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Mungkin hal ini tidak kita sadari sebagai orang tua, tapi terkadang fobia bisa terjadi disebabkan oleh seringnya menakut nakuti anak. Seperti : awas kamu ya kalau tidak mau makan nanti digigit kucing, atau jangan keluar nanti ada pocong di sudut sana. Ketakutan yang biasa dialami anak anak seperti ini kita anggap terlihat normal karena rasa takut juga bagian dari kondisi alami yang membantu anak untuk menghadapi pengalaman pengalaman baru dan menumbuhkan insting bahaya. Untuk menghindari fobia pada anak, cara ini harus dilakukan secara bijak dan bukan dibuat buat secara berlebihan dengan tujuan agar anak patuh dan menurut kepada orang tua. Karena dengan penerapan yang tidak benar bisa beresiko pada tumbuh kembang anak.
Psikolog Tika Bisono menganggap phobia adalah gangguan kejiwaan yang paling umum terjadi dan bsa dialami oleh siapa saja. Fobia juga melibatkan pengalaman takut secara terus menerus yang berlebihan dan tidak masuk akal. Nah untuk mengatasi masalah fobia pada anak menurut Mbak Tika alangkah baiknya kita mengawasi perkembangannya dari waktu ke waktu. Tak perlu memarahi anak berlebihan karena juga akan mengakibatkan rasa takut yang berlebihan. Semakin kita kencang memarahinya semakin timbul fobia fobia jenis baru yang mengganggu kejiwaan anak. Para orang tua khususnya sang ayah bahkan terkadang memaksa langsung dengan apa yang ditakuti anak. Tujuannya agar anak terbiasa berhadapan dengan apa yang ditakutinya. Namun cara ini bisa menjadi bumerang karena semakin memaksa semakin besar pula kadar ketakutannya. Sebaiknya lebih bersabar dan mendampinginya bila berhadapan dengan ketakutannya. Jika perlu minta bantuan profesional. Demikian pula jangan biarkan anak merasa stress luar biasa seorang diri tanpa dampingan orang tua. Dengan mendampingi anak menghadapi ketakutannya akan membangkitkan keberanian dan kepercayaan dirinya, demikian disampaikan Mbak Tika.
Biasanya anak yang fobia terhadap sesuatu telah meyakiti bahwa apa yang ditakutinya adalah sesuatu yang jahat dan sangat mengerikan. Membimbing dan mengajari keluar dari pola pikir seperti ini adalah salah satu jalannya dan ceritakan hal yang menggembirakan dan membuat bersemangant dan termotivasi tentang apapun mengenai fobianya ini. Seperti umpamanya dia takut pada laba, ceritakan bahwa laba laba adalah hewan sahabat nabi Muhammad. Disaat Nabi Muhammad di kejar kaum kafir, Nabi masuk ke gua Tsur dan seekor laba membuat sarang di mulut gua. Sehingga dengan adanya sarang laba laba adalah penanda bahwa tidak ada manusia yang berada didalam gua dan akhirnya Nabi beserta sahabat lolos dari kejaran kamum kafir Quraisy.
Bila anak kurang faham ceritakan dengan pelan pelan bila perlu dengan bahasa anak agar anak menerima realita kakau rasa takutnya tidak berdampak buruk pada kejiwaannya. Jika keberanian sudah muncul dan anak sudah mulai tidak takut, jangan merasa senang dulu. Kita diharapkan untuk tidak langsung lepas tangan dan menganggap anak sudah bisa melewati tahap ketakutannya. Pantau terus gerak geriknya sampai benar benar terlepas dari permasalahan fobia.