Dimasa pandemi Covid19, kita cukup bersyukur pemerintah melalui kemendikbud tidak menyarankan untuk menggunakan Gadget untuk belajar online di TK atau PAUD namun lebih menggunakan pembelajaran modul dengan pendampingan orang tua. Berbagai efek negatif ternyata lebih banyak dibandingkan dengan manfaat yang ditimbulkannya. Nah, seperti apakah bahayanya ?. Ditulisan kali ini khan.web.id akan mengulas artikel Ellen Sastang, seorang pembicara, penulis dan konselor . Beliau juga yang memimpin Yayasan Busur Emas, sebuah Yayasan Training dan Consulting dan mengasuh halaman psikologi di Majalah Family Guide.
Umumnya tokoh yang menjadi contoh bagi anak dalam hal sikap dan perilaku adalah orang tua, guru ataupun teman sebaya. Namun bila ditinjau lebih dalam lagi mereka bukanlah satu satunya sumber contoh bagi anak. Berbagai penelitian telah menemukan indikasi bahwa tontonan anakpun ternyata mempengaruhi sikap dan perilaku anak.Tontonan memberikan pengaruh yang besar bagi anak balita. Hal ini bukanlah semata mata karena tontonan dikemas secara menarik, tetapi juga karena anak balita sedang mengalami proses perkembangan pemahaman akan sikap dan perilaku terhadap berbagai hal yang ada dalam kesehariannya. Tontonan memberikan solusi yang cepat dan mudah tentang contoh bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku. Pengaruh tontonan pada anak balita juga diperbesar oleh fakta bahwa keterbatasan kemampuan berfikirnya menyebabkan anak balita cenderung masih sulit membedakan antara fiksi dengan realita. Kemampuan tersebut umumnya berkembang setelah anak memasuki usia SD.
Pengaruh tontonan menjadi lebih signifikan lagi dizaman modern ini, dimana akses terhadap teknologi komputer dan internet oleh balita juga mengalami peningkatan yang besar apalagi selama pandemi ini dimana anak selama 24 jam tetap berada didalam rumah. Akibatnya jumlah waktu layar (screen time) balitapun mengalami peningkatan yang besar. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa aktifitas anak anak kota yang terbanyak setelah tidur adalah aktifitas yang terkait dengan layar seperti nonton TV, main games depan HP atau komputer. Rata rata anak balita menghabiskan waktu 3,5 jam per hari. Angka tersebut tidaklah kecil. Bila fenomena tersebut terus berlanjut, maka ketika anak berusia 70 tahun, ia menghabisjkan waktunya 10 tahun hanya untuk berada didepan layar saja.
Bila dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan balita untuk melakukan aktifitas fisik yang setara dengan olahraga, kesenjangan sangat besar, karena rata rata mereka hanya menghabiskan waktu 60 menit seminggu untuk aktifitas demikian. Dengan begitu tidak mengherankan bila semakin banyak anak balita yang tumbuh menjadi anak dan remaja yang mengalami obesitas. Sebuah penelitian mengindikasikan bahwa untuk setiap tambahan 1 jam screen time, resiko obesitas anak meningkat 2%. Selain mendorong minimnya gerak tubuh yang aktif, waktu berada didepan layar juga berdampak negatif terhadap konten yang ditonton yang tidak membangun dan tidak mendidik. Oleh karena itu orang tua perlu sangat memperhatikan konten program layar anak, untuk meminimalkan dampak yang tidak diinginkan.
Pada anak balita umumnya program layar yang menarik perhatian mereka adalah Televisi, Video Offline dan Youtube. Kesadaran orang tua untuk memperhatikan dan menyeleksi tontonan anak sesunggunnya secara umum semakin besar dari hari kehari. Akan tetapi, ada satu jenis tontonan anak yang masih belum diperhatikan oleh orang tua yaitu iklan komersialnya.
Tontonan iklan dilayar memang tidak bisa dipisahkan dari kontennya sendiri, karena sudah menjadi bagian yang saling menguntungkan. Namun bagi anak balita dengan menonton iklan terutama makanan dan snack yang kebanyakan bernutrisi rendah. Bagi anaka balita dengan keterbatasan berfikir secara rasional, mereka mempercayai begitu saja pesan yang disampaikan oleh iklan yang ditontonnya, yaitu bahwa makanan rendah nutrisi tersebut baik bagi mereka. Nah, tugas orang tua bagaimana sebaiknya memberikan pembimbingan tontonan agar tidak sepenuhnya mempercayai input yang mereka terima. Kontrol orang tua terhadap konsumsi anak akan iklan komersial sangatlah penting bagi perkembangan kesehatan anak.
Satu hal dalam melakukan kontrol harus seimbang dengan dukungan dan kasih sayang agar hubungan orang tua dan anak tidak terjadi konflik. Hal ini mengingat umumnya balita cenderung lebih termotivasi untuk mengikuti aturan orang tua bila hubungan anak dan orang tua selalu hangat. Keakraban hubungan anak dan orang tua akan menolong anak untuk berkembang dengan baik, termasuk dalam persepsi dan perilaku terkait kesehatan.