Setahun lalu disaat sekolah tahun ke dua melaksanakan UNBK, saya pernah mengungkapkan berbagai permasalahan yang dialami di sekolah tentang rumitnya menjalankan UNBK dari kacamata seorang proktor. Dari menjalankan SOP , menjaga kerusakan perangkat, sampai pembiayaan harus benar benar bersinergi agar berhasil sukses. Sedikit terdapat keteledoran maka akan mengancam siswa tidak bisa mengikuti ujian.
Tahun 2020 Mendikbud telah mengumumkan jika Ujian Nasional tetap dilaksanakan sebagai UN terakhir, namun wabah COVID-19 ternyata mengubah segalanya. Gladi bersih yang telah sukses kami laksanakan ternyata hanya cukup sampai disini. UNBK 2020 ditiadakan sehingga bisa disimpulkan UN 2019 adalah sebagai yang terakhir. Bagi saya sendiri sebagai pribadi yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran UNBK di sekolah merasa gembira dan sangat mendukung karena tidak sedikit waktu dan fikiran untuk mempersiapkannya mulai dari menata perangkat keras, ruangan, perangkat lunak, administrasi dan lain lain yang secara keseluruhan 6 bulan sebelumnya sudah harus dilaksanakan. Bahkan yang menyedihkan sering saya meninggalkan kelas karena sibuk mengurusi UNBK.
Seperti yang saya alami sendiri hanya untuk mempersiapkan server yang kurang normal butuh tenaga dan waktu yang yang lama. Di sekolah butuh 4 server yang harus dalam keadaan fit. Masing masing harus dibersihkan dari virus, diinstal vhd dan perlengkapannya. Yang sering masalah biasanya pada instalasi vhd walau sudah mengikuti prosedur kadang tidak berhasil juga.
Yang paling menguras tenaga adalah mempersiapkan laptop yang akan digunakan untuk client. Perlu diketahui bahwa sekolaah hanya tersedia 30 perangkat ujian, sementara yang dibutuhkan 90 perangkat ujian. Jadi masih kekurangan 60 laptop. Nah, kekurangan ini dibantu oleh orang tua siswa dan sekolah meminjam laptop dari orang tua.
Secara teori memang gampang nampaknya, tapi dilapangan banyak kendala yang terjadi karena banyak orang tua yang enggan meminjamkan laptopnya untuk UNBK dengan berbagai alasan. Ada yang memang mau meminjamkan namun harus dipakai sendiri dan tidak mau berbagi dengan sesi berikutnya. Walaupun sekolah sudah sering memberi pengertian namun tetap hanya beberapa orang tua yang bersedia. Masalah kerusakan laptop atau tertukar laptop bahkan hilang laptop bisa saja terjadi karena keteledoran. Dari sini memicu masalah yang akhirnya sekolah juga yang harus mengganti rugi atau memperbaiki kerusakan, butuh waktu butuh tenaga untuk mengurusi ini semua.
Dengan keadaan seperti ini panitia harus bekerja keras mulai dari menyusun tempat duduk dimana laptop harus dipakai sendiri berdasarkan ruang dan sesinya sementara disi lain laptop tidak hanya datang dari satu sesi dan ruang saja. Laptop berasal dari semua sesi dan ruang. Yang jadi masalah jika laptop dipakai sendiri ada satu ruang yang kelebihan laptop ada ruang yang kekurangan laptop. Tidak bisa laptop yang berlebih dipindahkan ke ruang yang kekurangna laptop.
Beban berat yang dipikul proktor dan teknisi juga tidak hanya dari segi teknis semata namun juga dari segi pembiayaan sekolah. Keterbatasan dana perawatan perangkat keras membuat proktor dan teknisi tidak bisa berbuat apa apa, sementara menunggu pendanaan dari dana BOS tidak lagi terkejar oleh waktu.
Dari sisi pelaksanan UNBK pengalaman tahun 2019 dan 2018 tidak bisa dilupakan seumur hidup, panitia secara bahu membahu selama seminggu 24 jam menjaga laptop diruangan agar tidak hilang dicuri maling karena banyak sekolah yang mengalami kemalingan laptop. Bagi teknisi dan proktor pelaksanaan UNBK dalam bahasa lokal biasa disebut harus kuat jantung. Yang sering terbeban kepada proktor adalah jikalau ada kerusakan mesin, siswa akan gagal UNBK walau sebenarnya ada UN susulan. Sehingga setiap saat SOP harus tetap dijalankan walaupun tetap jantungan.
Walaupun selesai hari keempat semuanya menjadi lega, namun kecemasan kembali muncul disaat UNBK tetap di gelar setiap tahun. Namun dengan diakhirinya UNBK yang menjadi syarat wajib bagi sekolah untuk menuntaskannya, membuat para proktor dan teknisi sangat bersyukur dan semoga sistem IT dengan menggunakan server lokal yang menuntut kerumitan seperti ini juga tidak dilaksanakan pada penilaian / assesmen kompetensi minimum.
Disclaimer : Tulisan pada blog ini merupakan pendapat pribadi penulis, bukan cerminan sikap atau pendapat instansi dan organisasi manapun.
Advertisement